Kost-Kostan Dalam Keadaan Sepi Menjadi Sasaran Empuk
Pencurian laptop dikalangan mahasiswa diberbagai universitas sudah bukan hal yang tabuh lagi khususnya di kawasan kost-kostan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Hal itu sudah menjadi hal yang biasa didengar setiap hari. Tindak kriminal sudah sangat dekat dengan mahasiswa, tidak hanya laptop yang menjadi sasaran pencurian, tindak kriminal pencurian motorpun marak terjadi kawasan kost-kostan UIN SGD.
Siang hari saat kost-kostan ditinggal penghuninya untuk kuliah, itulah saat dimana pencuri meluncurkan aksinya. Pencurian memang kerap terjadi di siang hari disaat penghuni meninggalkan kostannya. Selain sepi penghuni, biasanya warga sekitarpun di siang hari beranjak untuk istirahat, sehingga lebih memudahkan pencuri dalam beraksi.
Ani (20) salah satu mahasiswa UIN SGD yang menjadi korban pencurian laptop di kostan belaga, cibiru hilir. Laptopnya raib digondong maling (10/2) lalu. Saya kehilangan laptop sekitar pukul 13.30, sampainya di kostan pintu kamar terbuka dan laptop tidak ada di tempat. Ujarnya saat di temui (9/5) lalu.
Dia menambahkan bahwa saat kejadian pintu kamarnya tidak sedikitpun mengalami kerusakan. Membuka pintu seakan-akan dilakukan menggunakan kunci, seakan-akan maling memiliki kunci serep pintu kamar tersebut.
Pencuri memang sudah mengawasi dari jauh hari sehingga aksinya dilakukan dengan rapih dan sangat menguasai medan.
Selain Ani, Desi (21) merupakan salah satu korban lain dari keganasan para pencuri. Penghuni pondok Silvia gang Kujang Cipadung ini kehilangan laptop (10/5) lalu.
pencurian terjadi hari sabtu, pada hari itu 5 laptop raib, hampir semua penghuni kostan kehilangan dan kerugian dapat ditaksir sekitar Rp. 20.000.000. Ujarnya saat ditemui (15/5).
Dia menambahkan bahwa selain dirinya beberapa diantara temannya juga kehilangan, salah satunya ayu, rita, nina, dian, Melinda. Pencurian terjadi akhir pekan, dimana mayoritas anak-anak kost-kostan pulang kampung.
Saat pulang kampung mereka tidak membawa barang berharganya salah satunya laptop, kostan memang dalam keadaan sepi, tidak adda satu penghunipun yang berada di kostan. Hal itu sangat memudahkan maling untuk beraksi.
Kehilangan disadari saat desi kembali ke kostan pukul 19.00 WIB, dan beberapa temannya yang kehilangan masih berada di kampung halaman.
Dia menuturkan bahwa di kostannya telah terjadi lima kali pencurian. Melaporkan ke RT setempat dan pihak berwajib sudah dilakukan dengan harapan laptop dapat kembali.
Kanit Reskrim Polsek Panyileukan Sugeng Gaib Rahayu menuturkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun kasus pencurian laptop dari pelapor mencapai 10 sampai 20 kasus. Dan para pelapor mayoritas dari kost-kostan.
Untuk tahun 2013 saja tercatat 15 pelapor yang melaporkan kasus pencurian laptop di kost-kostan. Diapun menegaskan untuk mengungkap tersangka pencurian laptop sedikit sulit tidak seperti kasus pencurian motor atau pencurian mobil.
Untuk pencurian motor ataupun mobil masih terdapat beberapa identitas yang dapat dikenali seperti plat. Namun, laptop sulit dikenali karena tidak terdapat identitas selain dokumen-dokumen yang ada di dalamnya.
Namun diapun menegaskan setidaknya dari pihak polsek berusaha semaksimal mungkin untuk membantu para korban.
Orang Terdekat Dapat Menjadi Tersangka
Tidak hanya para maling yang melakukan tindak kriminal dan menjadi tersangka. Namun, teman dekat sekalipun bisa melakukan tindak kriminal dan menjadi tersangka.
Seperti kasus pencurian laptop yang dialami Mohammad Bagus Ricky Roffiyansyah (20), dia menjadi korban dari tindak kriminal yang dilakukan kekasihnya sendiri Gina Nurannisa (19).
Pencurian laptop terjadi siang hari, 3 Desember 2013 lalu. Ketika itu Bagus meninggalkan kostan yang terletak di Komplek Panghegar Permai I untuk pergi kuliah dan saat itu di kamar kost hanya ada sang kekasih yakni Gina.
Ketika Bagus kembali ke kostan dan hendak memasuki kamar ternyata laptop miliknya tidak ada dan Gina sang kekasihpun tidak ada. Dari situ Bagus mulai mencurigai Gina membawa laptopnya.
Gina yang sempat ditanya perihal tersebut, dia mengelak dan mengaku tidak tahu menahu tentang kehilangan laptop yang dialami bagus.
Namun Bagus tidak mau diam, dia melaporkan ke pihak berwajib dan membawa gina sebagai saksi. Saat itu pula Rohimin, anggota reskrim Polsek meminta keterangan dari Gina.
Dari Gina yang memberikan keterangan terlihat kejanggalan atas keterangan-keterangan yang dia lontarkan. Dengan pertanyaan yang dilontarkan anggota reskrim itu akhirnya Gina mengaku bahwa dia yang membawa laptop bagus dan menjualnya kepada temannya yang tidak mau dia sebutkan.
“Saya menjual kepada teman saya untuk pembayaran kuliah, keran uang yang dikasih orang tua sudah saya pakai.” Pengakuannya kepada Rohimin.
Gina mengambil dan menjual laptop bagus karena dia membutuhkan uang untuk pembayaran semester, sedangkan uang yang diberikan orang tuanya untuk membayar semester dipakai untuk membeli barang-barang yang menuntut gaya hidupnya.
Gaya hidup yang mewah disekitarnya membuat Gina melakukan hal-hal yang menyeleweng. Ujar Rohimin saat menuturkan kejadian tersebut (6/5) lalu.
Kedua orang tua yang bersangkutan hadir di Polsek Panyileukan untuk mengetahui kasus yang dialami anaknya. Dan ternyata orang tua dari Bagus dan Gina masih anggota keluarga.
Disitulah Gina terjerat pasal 367 KUHP pencurian dalam keluarga, orang tua Bagus dan Gina memutuskan untuk berdamai dan tidak membawa kasus tersebut ke ranah hukum.
Seperti yang dialami rohmat penghuni kostan Pondok Biru ini Cibiru Hilir mengalami kemalingan massal, pasalnya disaat yang bersamaan.
H. Tarsono, dosen Psykologi UIN SGD menambahkan bahwa ada tiga hal seseorang melakukan tindak kriminal. pertama kesempatan/dorongan lingkungan, kebutuhan dan pembiasaan di masa lalu.
“Dengan gaya hidup disekitarnya yang mewah sedangkan dia dari keluarga yang biasa saja, hal itulah yang akhirnya mendorong dia melakukan penyelewengan.sehingga perlu adanya pengendalian pada diri sendiri untuk mengatur kebutuhan dan menjalani gaya hidup yang kita mampu.” Ujarnya saat ditemui Senin (12/5).
Sikap Acuh Mahasiwa Pemicu Tindak Kriminal
Mahasiswa tidak bisa membedakan bagaimana harus berperilaku di lingkungan masyarakat dan berperilaku dilingkungan rumahnya sendiri.
Ketika di rumah semua perilaku tidak ada yang menngugat tetapi ketika di luar rumah atau di masyarakat itu rentan terjadinya kriminalitas salah satunya bentuk pencurian laptop karena mahasiswa sendiri terlalu mendemonstrasika laptop.
“Jika di rumah kita bebas membuka laptop dimana saja tetapi jika berada di kostan atau di kalangan masyarakat menonjolkan apa yang kita punya, semua itu menyangkut perilaku.
Bagaimana kita harus bersikap menghargai dengan tidak menonjolkan barang-barang yang kita miliki” Tutur Hikmat, Dosen Sosiologi Komunikasi UIN SGD saat ditemui setelah mengajar, Selasa (12/5).
Diapun menambahkan, bahwa kalangan masyarakat itu berbeda. Masyarakat yang memiliki niat jahat dia sudah mengintai kapan mahasiswa meninggalkan kosant dan kapan mahasiswa tertidur.
kurang dekatnya mahasiswa dengan masyarakat dan sikap acuh dari mahasiswa memicu masyarakat sekitar melakukan tindak kriminal. Jika kita dekat dengan masyarakat justru barang kita akan dijaga masyarakat.
Hikmat menghimbau bahwasanya harus dibangun lagi hubungan yang baik dengan masyarakat dan pihak kampuspun harus ikut andil menedekatkan mahasiswanya dengan masyarakat.
Mahasiswa ketika berada di di daerah tertentu harus menjadi bagian dan tidak terpisahkan dengan masayarakat daerah tersebut.
Tidak hanya pendekatan formalitas tetapi pendekatan yang sebenarnya yakni pendekatan psikologispun harus dibangun, karena mahasiswa butuh masyarakat begitu sebaliknya.
(Triyani)
No comments:
Post a Comment